Rawat Persatuan Melalui Deklarasi #Kita_Indonesia, Ini Kata Koniaty Bayo
Seminar Kebangsaan dan Deklarasi Kita Indonesia
Dok. Tribunjatim |
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Malang menggelar rangkaian kampanye persatuan bangsa.
Aksi untuk negeri bertema, #Kita_Indonesia ini diadakan Sabtu (29/9) dan Minggu (30/9) nanti.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Malang. Rosalia Koniaty Bayo menjelaskan, rangkaian kegiatan diawali seminar kebangsaan di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Sabtu (29/9).
Sejumlah tokoh diundang menjadi pembicara dalam seminar ini. Di antaranya, Wali Kota Batu Dra H Dewanti Rumpoko, MSi, Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Dr Ir Nuhfil Hanani AR MS, Guru Besar Unmer Malang Prof Dr Aloysius R Entah SH, Ketua FKUB Malang Drs H Ahmad Taufik Kusuma dan Ketua Kategorial Kemasyarakatan Keuskupan Malang Romo DMT Andy Wibiwo PhD.
Sedangkan moderator seminar, Ketua GUSDURian Malang, Rio Ardin Armandha. Rangkaian kegiatan selanjutnya yakni, deklarasi #Kita_Indonesia diadakan Minggu (30/9) di lokasi Car Free Day, Simpang Balapan, kawasan Ijen, Kota Malang.
“Sebelum deklarasi akan diawali jalan sehat dari TMP Kota Malang menuju kawasan Simpang Balapan,” jelas Nia, sapaan akrab Rosalia Koniaty Bayo.
Selain deklarasi akan digelar pula pementasan seni budaya dari berbagai daerah di Indonesia, pembacaan puisi, peragaan busana adat, live music dan berbagai kegiatan lain.
Lebih lanjut Nia mengatakan, #Kita_Indonesia digelar sebagai sumbangsih PMKRI merawat keindonesiaan.
“Kegangan yang ditimbulkan oleh frasa tahun politik cukup menarik perhatian hampir seluruh anak bangsa Indonesia Pasalnya, dampak yang ditimbulkannya mengoyak tenunan kebangsaan dan persatuan Indonesia,” paparnya.
Apalagi lanjut dia, jelang Pemilu 2019, berseliweran isu SARA dan berita bohong yang rawan memecah-belah rasa persatuan dan persaudaraan yang ada.
Orang tidak lagi menghargai perbedaan sebagai fakta sejarah dan kultural hanya karena perbedaan pilihan dan pandangan politik.
"Fenomena politik ini membelah masyarakat menjadi kami dan mereka, mayoritas dan minoritas, pribumi dan pendatang.
Padahal sejatinya perbedaan itu adalah kenyataan yang justru membentuk kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia,” jelas Nia.
Melihat fenomena politik ini jika tidak disikapi secara serius pada gilirannya akan menimbulkan konflik horizontal yang berujung pada perpecahan dan kehancuran bangsa.
“Jika perbedaan dipandang sebagai masalah, maka kita sedang berjalan menuju pada kehancuran bangsa," kata lulusan Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang ini.
Menurutnya, dalam situasi seperti ini, seluruh elemen bangsa perlu terlibat secara nyata untuk bersama-sama merawat dan meneguhkan persatuan bangsa dengan menerima perbedaan dan keragaman sebagai sebuah keniscayaan yang ada di Indonesia.
"Perbedaan dan keragaman itu bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia, saya kira menjadi tugas kita bersama untuk melestarikannya tanpa menyakiti yang lain," tuturnya.
Bersama Walikota Batu Dra. Dewanti Rumpoko. Dok.Pribadi |
Sementara itu Presidium Gerakan Kemasyarakatan Pengurus Pusat PMKRI, Rinto Namang, menilai kegiatan ini sebagai bentuk partisipasi anak muda, terutama mahasiswa Katolik, sebagai respons terhadap isu-isu sosial politik yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal.
“Kami mengapresiasi kegiatan ini sebagai upaya positif membangkitkan rasa persatuan bangsa.
Pengurus Pusat PMKRI akan fokus melakukan kampanye persatuan di seluruh Indonesia agar rasa persatuan menjadi serum untuk melawan kelompok-kelompok yang ingin memecah-belah bangsa," ungkapnya. (tribunjatim, malang)