Kasih sayang, Peluang dan Pengampunan

Detik demi detik berlalu, malam berganti pagi, hari berlalu tanpa bisa kita hentikan. Jika ingin meminta pada sang empu-Nya kehidupan tentu kita ingin hidup lebih lama, di bumi yang penuh sandiwara.

Dok.pribadi

Beberapa hari terakhir ini, saya cukup intens di akun media sosial. Bukan untuk men-stalking mantan pun sekadar gabut karena tak ada kerjaan, hanya saja februari yang masih kurang 11 hari ini memberikan cukup banyak hal yang menarik: tentang kasih sayang, pengampunan, peluang dan harapan hidup.

Beranjak dari itu, semua akun media ramai memperbincangkan tentang putusan hakim mengenai jawaban dari kasus Sambo. Dan seperti yang kita tahu begitulah takdirnya.

"Siapa yang bisa melawan takdir,? teringat lagi kata-kata itu pernah diungkapkan dari seorang wanita yang menolak tua dan selalu mendoakan keberuntungan anak²nya dalam setiap malamnya.

Setiap aksi akan ada reaksi. Setiap orang wajib menerima konsekuensi dari apa yang telah dibuat, pun jika sebagian besar orang merasa itu tidak adil. suka tidak suka, mau tak mau, begitulah adanya untuk bisa diterima apa adanya.

Terlepas dari semua itu, mari kita menengok ke saudara kita, korban gempa di Turki yang sebenarnya ingin hidup lebih lama, namun semesta menginginkannya.

Disaat yang bersamaan, seorang manusia di vonis hukuman mati atas perbuatannya. Insan manakah yang ingin hidupnya diakhiri dengan tuntutan mati?

Mengutip injil Lukas 6:36-37 "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.

Akankah itu berlaku untukmu wahai sang jenderal?

Dok.web

Disaat Sambo sedang menghitung sisa hari²nya, ada tokoh agama yang memilih untuk mengakhiri hidupnya. Entahlah.. jika engkau merasa bebanmu telah selesai, maka beristirahatlah dalam keabadian tanpa harus melihat bagaimana masyarakat mempertanyakan kepergianmu tanpa mendoakanmu.

Aku kemudian bertanya lagi: Jika mengakhiri hidup adalah penolakan manusia atas karunia kehidupan dari Allah sebagai satu-satunya yang boleh memutuskan waktu dan dengan cara apa seseorang akan meninggal, akankah ada surga untuk sang imam disana?

Dari kejadian demi kejadian: kita melihat bagaimana hidup mempermainkan kita, atau kita sebenarnya yang sedang mempermainkan hidup dan kehidupan?

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini