Orang Gila dari Manggarai Timur

Manggarai Timur Butuh Pemimpin Gila..

Orang Gila dari Manggarai Timur
Dok. Pribadi
Dalam hidup, saya banyak bertemu orang-orang baik yang punya gagasan hebat. Bagi saya, perjumpaan itu harus dirawat. Tidak harus bercerita tentang topik yang menguras energi, atau bicara politik yang 'seolah-olah', tetapi tentang hal-hal kecil yang menjadikan perjumpaan itu bermakna.

Akhir pekan kemarin di Mamakota, kami dikunjungi salah satu orang baik dari Timur Indonesia: kak Tino Rani, Ketua Forkoma Manggarai Timur.
Bagi saya, beliau adalah orang baik yang punya visi serta gagasan jauh ke depan. Duduk dalam lingkaran birokrasi tidak membuat jiwa dan semangat aktivisnya luntur. Gagasan-gagasannya luar biasa, meskipun dibahasakan dengan sederhana ketika bicara dengan kami adik-adiknya.
Lebih dari itu, ia adalah seorang pendengar yang hebat.

Banyak oleh-oleh yang kami dapat dari ka'e yang satu ini. Itu di luar traktiran kopi hitam + nasi goreng sebagai amunisi untuk berdiskusi menghabiskan malam.
Misalkan saja, kak Tino membawakan kami bingkisan cerita tentang kondisi Manggarai Timur di hari ini. Oleh-oleh itu termasuk gambaran situasi ekonomi, pariwisata, pendidikan, dan sedikit latar dinamika politik dari kampung halaman.
Bagi kami para perantau, sekaligus aktivis muda, oleh-oleh semacam itu lebih bernilai dari sekantong kompiang, atau seikat penuh ikan cara.
Tak lupa, kak Tino juga membawa oleh-oleh wajib setiap kali berkunjung ke Mamakota: cerita, gagasan dan harapannya tentang FORKOMA MATIM.

Bagi anggota-anggotanya, termasuk saya; FORKOMA MATIM adalah rumah bersama. Tempat merawat kebersamaan. Tempat berbagi dan mengeksekusi ide dan gagasan. Tempat setiap orang punya ruang untuk menyampaikan kritikannya atas serangkaian kebijakan publik.
Juga, tempat orang-orang dari partai yang berbeda bisa berdebat tentang Anies, Prabowo atau Ganjar tanpa harus dilabeli cebong, kampret atau dungu.

Ya, keberpihakan pada calon pemimpin tertentu biasanya akan membuat kita diberi label tertentu, entah itu dalam diskusi formal di komunitas akademis, candaan remeh di WA grup atau sekadar gosip mama-mama di kampung. Pilihan kita soal siapa calon pemimpin negeri ini, akan membuat kita diberi label, entah cebong, entah kampret, atau bahkan dungu.
Begitulah politik nasional di pemilu kali lalu. Mudah-mudahan tidak untuk kali ini.

Lalu, bagaimana dengan konteks politik lokal Manggarai Timur?
Saya akan berbesar hati jika dilabeli 'gila', karena termasuk dalam kelompok yang berharap bahwa Manggarai Timur bisa dipimpin oleh pemimpin yang 'cukup gila'. Gila gagasannya, gila semangatnya, gila visi-misinya, dan gila kerja.

FORKOMA Matim Rumah Bersama
Dok. Pribadi
Kenapa kita butuh 'orang gila' untuk memimpin Manggarai Timur?

Manggarai Timur adalah anak tiri pemekaran di era otonomi daerah. Dia tidak seperti Manggarai yang mewarisi ragam fasilitas, sarana dan prasarana, maupun komposisi SDM. Dia juga bukan Manggarai Barat, yang baru saja lahir tetapi langsung dianak-emaskan dan diayu-bahagiakan: dikunjungi menteri dan presiden setiap bulannya, diberi modal pembangunan infrastruktrur, termasuk dihadiahi event-event rutin semisal ASEAN Summit.
Karenanya, Manggarai Timur tidak akan cukup jika hanya dipimpin oleh pemimpin yang 'biasa-biasa saja'. Dia harus gila kerjanya, gila semangatnya, gila perjuangannya, gila pengorbanannya. Manggarai Timur tidak akan pernah kemana-mana, tidak akan pernah bisa bersaing/setara dengan Manggarai Tengah apalagi Manggarai Barat, jika nantinya pemimpin yang terpilih adalah sepasang sosok yang 'kurang-lebih'.

Kurang-lebih, bisa jadi Bupati dan Wakil Bupati. Kurang-lebih, bisa mengelola anggaran. Kurang lebih, bisa-lah meredam gejolak politik lokal. Kurang-lebih, bisa pasang badan dengan Pak Gubernur. Kurang-lebih, rutin melakukan kunjungan ke masyarakat dari pesisir Cepi Watu hingga pinggir perbatasan Wukir.
Iya tho?! Kita butuh pemimpin yang cukup gila. Bukan birokrat yang biasa-biasa saja, apalagi Politisi yang kurang-lebih.
Jadi, diskusi-diskusi di Manggarai Timur, semisal di rumah FORKOMA MATIM, di lingkar WA Grup, atau di seputaran likang, haruslah sudah dimulai dengan "standar gila seperti apa" yang harus dimiliki oleh para calon Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur. Termasuk juga, segila apa para calon Wakil Rakyatnya atau para Calegnya nanti.

Dengan begitu, semoga nantinya Manggarai Timur bisa punya pemimpin yang cukup gila, sembari berharap, semoga orangnya bukan gila beneran.

Salam rindu dari Mamakota.

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini