Manajemen Keuangan Mesti Jadi Salah Satu Mata Pelajaran Utama di Sekolah

 

Manajemen Keuangan Mesti Jadi Salah Satu Mata Pelajaran Utama di Sekolah
Dokumen Pribadi Itok Aman

Itok Aman | Teman ceritamu


Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari menjadi hal yang tidak bisa dimungkiri lagi bahwa manusia itu sendiri sudah terjebak dalam ruang kapitalisme. Manusia butuh uang untuk hidup. Bahkan bicara tentang keuangan sudah tak menjadi hal baru sebagai persoalan utama dalam kehidupan ekonomi keluarga.

Sebab sejatinya, sebagian manusia adalah homo festivus. Bahkan semua orang berpeluang menjadi homo festivus, yang di mana manusia adalah makhluk yang selalu merayakan pesta (kaum festival). Jika memiliki uang, mereka akan menggunakan uang itu untuk memenuhi kebutuhannya kemudian sisanya untuk keinginannya, dan nyaris lupa untuk menabung di masa depannya.

Anak-anak di Indonesia diberikan kesempatan dalam dunia pendidikan untuk wajib belajar sembilan tahun. Mempelajari ilmu-ilmu tentang sejarah, matematika, bahasa, ekonomi, fisika, bahkan bagaimana menjadi warga negara yang baik. Tapi tidak diberi pelajaran tentang bagaimana mengolah keuangan dengan baik.

Di bangku kuliah, ada ilmu manajemen bisnis. Di sana, orang diberikan pengetahuan bagaimana mengolah keuangan. Tapi saya, hanya ada sebagian kecil orang yang mengambil program studi manajemen bisnis. Tapi di luar sana, semua orang wajib mengolah keuangannya.

Sebagaimana negara miskin, seharusnya dunia pendidikan Indonesia memberikan kesempatan untuk sejak dini bagi pelajar untuk mempelajari bagaimana mengatur dan mengolah keuangan. Jika di sekolah-sekolah, ilmu manajemen keuangan diwajibkan untuk dipelajari oleh semua siswa, tidak akan ada begitu banyak warga Indonesia yang akan terjebak dalam urusan utang piutang.

Sepatutnya, sejak di sekolah dasar, tentang bagaimana mengolah keuangan sudah menjadi pelajaran utama. Bukan hanya dengan cara guru-guru (tertentu, yang bisa dihitung jari) menasihati siswa-siswinya untuk menabung sedikit-sedikit sambil membiarkan imajinasi mereka mengkhayal jika suatu nanti tabungan itu sudah banyak.

Andai saja, ada pelajaran khusus untuk mengolah keuangan, saya hanya membayangkan jika guru memberi tugas kepada siswa, bagaimana dari kelas satu sekolah dasar sudah mulai menabung di celengan mereka sendiri. Ini menjadi pekerjaan rumah yang wajib dikerjakan sampai mereka tamat daei sekolah dasarnya. Anak-anak itu akan menyadari secara nyata, bahwa menabung itu ternyata menguntungkan. Bukan hanya wacana bagi mereka jika di antara selingan jam pelajaran ekonomi, matematika, dan/atau pelajaran lain guru mengingatkan mereka untuk menabung.

Bukan tidak penting, seorang siswa menghafal waktu dan nama tokoh dalam buku sejarah, atau memghitung berapa jumlah bintang di luar angkasa. Tetapi, akan jauh lebih penting jika anak-anak itu mampu menciptakan sejarahnya sendiri dengan memahami baik bagaimana mengolah keuangan sehingga mampu menjadi peluang besar agar ia bisa berjalan menuju dan sampai ke kesuksesannya. Maka, dalam urusan keluarga, ia layak menjadi bintang bagi orang-orang terkasihnya.

Hari-hari ini, tak jarang juga kita melihat masalah perselingkuhan, dan perceraian itu karena dalam faktor penyebab lain, sepasang kekasih yang tak saling paham bahkan beda pendapat dalam bagaimana mengatur keuangan dalam keluarga. 

Paham tentang mengolah uang bukan sebuah skill. Lebih dari itu ia adalah kewajiban yang harus dikerjakan. Entah Anda pebisnis atau seorang karyawan dalam sebuah perusahaan atau instansi, mengolah uang adalah jalan termudah untuk Anda mencapai kesuksesan.

Sejauh mana masyarakat dan pemerintah menyadari bahwa masalah mengolah uang ini adalah hal utama dalam membangun keluarga dan negara? Pertanyaan sederhana ini bisa terjawab jika manajemen keuangan menjadi salah satu mata pelajaran yang diwajib belajarkan di sekolah dan bangku kuliah bahkan sejak dari sekolah dasar.

Jika saat membaca tulisan ini Anda sudah pahami baik bagaimana cara mengatur uang dengan bijak, tingkatkan dan bagikan dengan banyak orang langkah-langkahnya. Dan, jika saat Anda membaca tulisan ini namun Anda belum mampu mengolah keuangan dengan baik, maka sebaiknya Anda segera menyadari bahwa uang dan cara mengolahnya agar tidak terjebak masalah kemiskinan dan utang piutang bukan lagi persoalan yang mencekik hingga keok bahkan menimbulkan persoalan-persoalan lain dalam kehidupan Anda.

Jika saat Anda membaca tulisan ini, ingin tahu berapa jumlah uang yang saya miliki. Saya menulis ini setelah pulang bon rokok di kios tapi tidak diizinkan karena bon yang lama belum terbayarkan. Apalagi, harga BBM dan minya goreng masih sedang naik-naiknya. Apalah daya, tulisan ini hanya refleksi dan khayalan jika seandainya saya memiliki uang yang dalam jumlah banyak. Sialan!

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *