Pada Apa yang Sudah atau Belum; Sebuah Refleksi Pribadi

Dokumen Pribadi Itok Aman


Hari ini, saya sudah berusia 30 tahun. Waktu yang luar biasa Tuhan kasih. Kasih kesempatan untuk melewati setiap tantangan yang sulit, kasih kekuatan untuk setiap keadaan yang melelahkan, kasih kemudahan untuk setiap perjuangan. 28 tahun sudah merasakan luar biasanya kasih Tuhan.

Jika Anda pernah merasa tak nyaman dengan saya, atau saya pernah melakukan kesalahan pada Anda baik dengan sengaja maupun tidak yang bisa melukai perasaan, pikiran, dan fisik Anda, saya memohon maaf yang sedalam-dalamnya. Maafkan saya! Pokoknya, apapun hal yang pernah saya lakukan tidak menyenangkan Anda, saya mohon maaf. Saya tahu Anda baik dan bijak sehingga bisa dengan mudah memaafkan saya.

Terima kasih juga buat Anda sekalian. Ya, Anda. Orang baik yang selama ini dengan cinta yang luar biasa menerima kehadiran saya dalam hidup Anda. Dalam cerita kecil, dalam percakapan singkat, dalam tawa yang menggelegar, dalam setiap apa saja yang pernah kita saling berbagi. Anda sekalian tercatat dalam doa-doa saya.

Seperti 28 tahun sebelumnya. Tuhan beri kesempatan untuk saya pelajari gerak waktu dan cara semesta bekerja dalam petualangan ini. Batas antara suka dan duka sangat tipis. Ia hanya akan berganti seperti siang dan malam. Tetapi berkat dan penghiburan di setiap kesulitan adalah kemudahan yang kau temui jalannya dalam doa-doa yang kau buka sebagai pintu keluarnya. Seperti pelangi sehabis hujan, atau seperti senja usai siang yang terik.

Yang dibutuhkan dalam hidup ini salah satunya ialah percaya. Percaya bahwa Tuhan kasih berkat dengan penuh kejutan. Tuhan selalu punya cara, sebab rahasia hidup ini ada dalam rencana-rencana baik yang telah Tuhan susun. Jalani bagianmu, biarkan Tuhan melakukan bagianNya 

Ah, saya mau cerita sedikit tentang perjalanan saya yang menurut saya sangat berkesan sampai sejauh ini.

Bukan siapa-siapa selain orang yang terus bersyukur.

Pada tahun 2012 akhir hingga 2017 awal adalah masa di mana saya terjebak dalam kelabilan asmara yang sadis. Cinta yang menggebu-gebu dan memalukan yang saya baluti dengan alasan pubertas atau masa peralihan. Selain itu saya bukan siapa-siapa. Berulang kali berjalan mulus, sering kali dipatahkan oleh keyakinan sendiri yang melebih kemampuan saya. Kebodohan pernah ada di sana. Terkadang berlaku sebagai manusia rapuh; laksana ulat-ulat malang yang ribut memperebutkan menjadi kupu-kupu yang paling cantik.

Pertengahan 2017 saya mulai bangkit dengan membelok arah perjalanan saya. Berbelok tanpa berbalik. Mulai menggauli buku-buku bacaan. Mulai berkreasi pada jalan baru bagi saya sendiri. Saya makin mengenali banyak orang, banyak orang terus berdatangan sebagai teman pun ada satu per satu yang pergi tak terduga. Segala macam persoalan mulai saya hadapi sebagai proses pendewasaan diri. Bukan usia yang mendewasakan sebagian orang tetapi masalah-masalah yang mereka selesaikan dengan baik dan bijak adalah jalan utama menuju kedewasaan itu.

Pada tahun 2018-2019 saya masih berhadapan dengan persoalan-persoalan, ada yang sudah saya selesaikan dengan baik, ada yang belum saya tuntaskan sama sekali. Di balik itu, sembari menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang terus berdatangan, saya tetap berjalan pada mimpi-mimpi saya untuk menjadikannya sebuah kenyataan. 2018 sampai 2021 mungkin adalah pencapaian terbaik saya. Belum sampai di situ, saya masih berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebelum dunia menilai saya baik atau tidak, saya berusaha menjadi baik untuk diri sendiri terlebih dahulu.

Saya sudah membuktikan pada diri saya sendiri bahwa saya adalah pribadi yang kuat atas persoalan-persoalan hidup yang saya hadapi. Bila tiada derita yang menyerang, belum tentu saya sehebat sekarang.

Banyak orang mengenali saya dengan apa yang mereka lihat. Masing-masing berhak memberikan sudut pandangnya terhadap saya. Baik atau buruk saya di mata orang lain bergantung pada bagaimana saya berlaku sikap dan tutur di hadapan mereka. Semua punya cara memberi warna, laksana pelangi yang tidak monoton dengan berkolaborasi beragam warna sehingga mampu mempertontonkan keindahannya pada dunia. 

Dan, saya juga menjadi manusia yang paling bersyukur karena Tuhan sudah menganugerahkan kehidupan saya dengan mempertemukan Maria Dalmin sebagai pasangan hidup. Perempuan yang mencintai saya tanpa tapi dan tanpa segala pertimbangan. Yang memahami dunia saya dengan penuh senyum, membiarkan saya berteman dan membangun relasi dengan siapa saja tanpa ragu, khawatir, apalagi cemburu. Terima kasih untuk cintamu, Maria! 

Semoga seterusnya saya mampu menjagamu pada tiap terbit tenggelamnya matahari. Selalu bisa kau andalkan setiap hari, sabar temani kau wujudkan mimpi. Handal menopang duka saat kau dirundung lara. Segala kecewa pun ketidakcocokan adalah cara memurnikan diri. Berhenti mengubah dirimu seperti yang aku mau. Yang akan saya lakukan mengubah diri saya sendiri untuk lebih memahami bahwa kau telah hadir dan menjadi bagian hidup saya selamanya.

Menerima semua sikapmu memandang segalanya dalam cara yang beraneka. Walau belum sempurna, namun selalu ada waktu untuk berbenah.

Bersamamu yang saya ingin hanya melangkah tanpa takut kehilangan arah. Maju ke pelaminan tanpa harus laju sebagai tempat yang kita tuju. Dan sampailah di titik akhir nanti, di usia senja dengan wajah cantikmu yang semakin keriput. 

Jangan takut, saya tidak hilang. Jangan hilang, saya bisa takut. Yang saya hilangkan ketakutanmu, yang saya takutkan kehilanganmu.

Malaikat kecil kita mendoakan hari bahagiamu dari Surga, sayang.

Selebihnya, terima kasih dan maaf untuk 28 tahun yang telab lewat. Juga doa terbaik terlantun rapi untuk orang-orang yang datang dengan budi baiknya masing-masing. Terima kasih untuk siapa saja yang memercayakan saya hadir di panggung-panggungnya. Terima kasih untuk kepercayaannya. Terima kasih! Waktu Tuhan yang terbaik.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *