Berkuliah di Universitas Terbuka Sekadar Pelarian?
![]() |
Dok pribadi Itok Aman |
Itok Aman | Teman Ceritamu
Pertanyaan itu terngiang di kepala saya ketika beberapa orang mengetahui saya telah resmi menjadi salah satu mahasiswa aktif di Universitas Terbuka melalui Sentra Layanan Universitas Terbuka (SALUT) Borong dengan mengambil program studi Ilmu Komunikasi. Sudah satu semester saya lewatkan. Sekarang memasuki semester kedua.
Dalam beberapa kali kesempatan sebuah perbincangan di tongkrongan, beberapa teman menanyakan soal kredibilitas Universitas Terbuka. Apakah UT hanya sekadar kampus yang dijadikan pelarian oleh orang-orang yang memilih kuliah di sana? Apakah UT hanya dijadikan sebagai alternatif bagi orang-orang yang didesak untuk mendapatkan ijazah sebagai validasi bahwa seseorang itu telah menjadi sarjana? Bagaimana dengan output mahasiswanya?
Pertanyaan demi pertanyaan sering terdengar seperti berkonotasi negasi. Orang-orang menilai UT hanya sekadar pelarian. Saya paham, mereka memiliki kesempatan yang berbeda, berkuliah di kampus negeri atau swasta lainnya di luar sana. Berkuliah tatap muka setiap hari kecuali hari libur dan/atau hari-hari tertentu yang tidak masuk dalam jadwal kuliah.
Saya mempunyai beberapa daftar pertanyaan balik kepada beberapa orang yang meragukan UT. Apa tujuanmu berkuliah? Apakah hanya untuk mendapatkan sebuah ijazah demi memuaskan harapan pribadi dan keluarga? Apakah hanya sebuah validasi bahwa kamu sudah bergelar sarjana?
Hidup di negara yang kental dengan admistratif memang kita butuh portofolio yang didukung oleh gelar pendidikan terakhir sebagai validasi itu sendiri. Namun, tentu dibarengi dengan pengetahuan. Kalau hanya sekadar berijazah, toh Rocky Gerung sempat viral dengan pernyataannya; ijazah adalah tanda bahwa seseorang pernah bersekolah bukan sebagai tanda bahwa ia pernah berpikir.
Universitas Terbuka adalah satu-satunya kampus negeri yang memberikan ruang yang terbuka untuk siapa saja yang mau dengan niat untuk mengenyam pendidikan di perguruan tingkat tinggi. Baik dari mahasiswa yang baru saja tamat dari pendidikan menengah atas bahkan sampai mahasiswa yang sudah bekerja dan berkeluarga.
Di ruang kelas, kau akan menemukan sebuah pemandangan indah, seorang ibu hamil berhadapan dengan buku mengerjakan soal dan mendengar dosen memberikan materi kuliah. Kau juga akan melihat seorang paman yang sudah lulus PNS belasan tahun tapi masih ingin menambah pengetahuannya.
Bahkan kau bisa saja mendengar dosen memberikan materi saat sedang dalam ruang kerja, dari rumah, atau sedang dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja. Di warung kopi sambil menikmati segelas kopi dan sebatang rokok, kau tinggal menyambungkan penyuara jemala ke ponsel atau komputer jinjing yang kau bawa saat bepergian. Kau masih bisa "masuk ke dalam ruang kelas" mendengarkan dosen memberikan materi kuliah.
Universitas Terbuka adalah kampus yang membuatmu berkuliah tanpa harus meninggalkan keluarga berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Kau masih bisa menikmati keseharianmu dengan keluarga sambil diam-diam membaca modul di kamar atau di meja makan. Kau masih bisa menambah pengetahuanmu di teras rumah sembari menemani anak berlarian di halaman.
Bagaimana dengan kualitas kampus?
Soal kualitas kampus, saya memiliki sudut pandang pribadi. Bahkan ketika kau berkuliah di kampus elit, mungkin beberapa temanmu minder denganmu hanya karena nama besar kampusmu tapi bukan dengan pengetahuan yang kau dapat dari sana. Saya juga memiliki keraguan pada orang yang kuliah di kampus elit namun jarang membaca buku saat di rumah, kos, atau kontrakan. Saya juga sering menemukan kos-kosan yang dihuni mahasiswa hanya diisi oleh lemari pakaian, poster, dan lampu kerlap-kerlip a la diskotik. Tidak jarang ada kosan mahasiswa yang hanya memiliki satu dua buku saja bahkan ada yang nyaris tanpa buku di kamarnya. Kalaupun ada, apakah dia membacanya? Saya belum yakin. Banyak orang yang menjadikan buku hanya sebatas pajangan agar terkesan bahwa ia rajin membaca.
Maksud saya, jangan dulu kau lihat seseorang lewat kualitas kampusnya, tetapi kualitas dirinya yang patut menjadi acuan. Berkualitasnya SDM seorang mahasiswa bukan terlihat dari kampus mana ia menyelesaikan pendidikan tingkat tingginya, tetapi dari seberapa niat ia mau belajar untuk menambah pengetahuan dan wawasannya.
Bagaimana dengan UT sendiri?
Berdasarkan sumber laman resmi Universitas Terbuka, Universitas Terbuka (UT) adalah perguruan tinggi negeri (PTN) yang menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh dan terbuka. UT didirikan pada 4 September 1984 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 41 Tahun 1984.
Universitas Terbuka mendapatkan peringkat Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan peringkat "A” melalui Surat Keputusan BAN-PT Nomor: 1282/SK/BAN-PT/Ak/PT/VII/2024. Nilai Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) sangatlah penting sebagai wujud jaminan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakan UT.
Sebelum saya sendiri mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di Universitas Terbuka, saya sudah mendapat beberapa kesempatan diundang oleh beberapa sekolah menengah di wilayah Manggarai Raya dan beberapa kampus di Pulau Flores dan Pulau Jawa untuk memberikan materi seminar dan mata kuliah umum yang berkaitan dengan dunia profesi saya, baik sebagai konten kreator, publik speaker, maupun pegiat literasi digital. Akan tetapi, sebuah pertanyaan lagi muncul, kenapa memilih untuk kuliah lagi? Orang-orang terlalu jarang menghargai waktu, kesempatan, dan pengetahuan. Tiga bagian ini adalah paling penting untuk dimanfaatkan dalam proses pengembangan diri.
Saya telah mendengar beberapa tokoh di Indonesia ini yang sukses setelah mereka menyelesaikan pendidikan perguruan tingginya di Universitas Terbuka. Memang saya percaya, bahwa gelar sarjana bukan satu-satunya jalan untuk seseorang menjadi sukses, tetapi dengan bergelar sarjana ialah mempermudah jalan seseorang menuju kesuksesan. Bukan hanya sarjana dari UT tetapi juga dari kampus lain. Tapi setidaknya UT memiliki kesempatan yang sama dengan kampus-kampus lain. Memberikan jalan mudah untuk seseorang menuju kesuksesannya.
Hari demi hari, dunia makin berkembang dan maju, jangan sampai kau tertinggal oleh kesadaran untuk memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk menambah pengalaman dan memperluas pengetahuanmu.
Jangan malu kuliah di UT. Tapi harus malu kalau kuliah tapi tidak memiliki pengetahuan apa-apa.
Oleh karena itu, jangan jauh-jauh. Mari bergabung di Universitas Terbuka. Terbuka untuk semua yang berniat membangun diri dan membangun bangsa!
“Hiduplah seakan kamu akan mati besok, belajarlah seakan kamu hidup selamanya.”Mahatma Gandhi.
Salam dari Labuan Bajo!